January 17, 2015

Teror Bagi Kaum Ibu


Tersayat. Lagi-lagi hati ini tersayat oleh berita duka cita. Kemarin, Jumat 16 Januari 2015, seorang kawan mengabarkan bahwa Ibu Wantih, Ibunda dari Rendi (kawan saya di Tangerang) meninggal dunia. Saya terpukul bukan karena berita kepergiannya, tapi karena penyebabnya. Beliau meninggal karena penyakit kanker payudara yang sudah lama dideritanya. Mirip dengan ibu saya.

Sehari sebelumnya, waktu saya nelepon Bapak, beliau mengabarkan bahwa istri dari Bang Rendi (Rendi lainnya) meninggal. Sakit sebentar, kemudian dibawa ke RS, lalu meninggal. Apa penyakit yang diderita, Bapak saya juga tidak tau.

Entah mengapa sekarang banyak kaum ibu di tempat tinggal saya yang meninggal karena penyakit yang cukup serius, mulai dari kanker, diabetes, tumor, dan penyakit lainnya. Usia mereka sebenarnya belum tua, masih sekitar 40-an. Istri dari Bang Rendi malah lebih muda lagi, belum sampai 40 saya kira. Tapi mereka sudah meninggal. Yah, terlepas dari takdir Allah tentunya, menurut saya ini merupakan fenomena. Karena sepanjang yang saya tau, hal ini sebelumnya belum pernah terjadi di kampung saya. Pertanyaan besar mengganggu pikiran saya, ada apa sebenarnya?

Berbicara tentang penyakit tentu tidak terlepas dari permasalahan kesehatan. Apakah tingkat kesehatan masyarakat di kampung saya sudah sebegitu menurunnya? Lalu faktor apa yang membuatnya turun? Pola makan? Gaya hidup? Atau apa?

Mengapa tidak ada perhatian dari pemerintah tentang hal ini? Atau ada, tapi saya tidak tahu? Kalau ada, mengapa tren penyakitnya bukan justru menurun, malah sebaliknya?

Ya Tuhan, saya tersiksa dengan perasaan ini. Tersiksa dengan ketidakberdayaan saya. Apa yang bisa saya lakukan untuk kampung saya?

***

Khusus untuk Rendi dan adiknya, Heri, saya sangat memahami bagaimana perasaan mereka ditinggal ibu. Bahkan mereka lebih nelangsa lagi karena ayah mereka juga sudah meninggal di saat mereka masih sangat kecil. Kalau tidak salah, waktu itu Rendi masih SD atau awal SMP (Rendi seangkatan dengan saya). Artinya, mereka sudah menjadi yatim piatu di usia yang masih muda.

Saya sendiri kini merasakan bagaimana haus dan rindunya kasih sayang dari seorang ibu yang sudah tidak bisa saya dapatkan lagi. Tapi saya masih beruntung karena masih memiliki ayah, sedangkan Rendi dan Heri? Mereka sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi selain saudara-saudara dari orangtua mereka.

Ah, semoga mereka menjadi anak-anak sholih yang menjadi pahala jariyah bagi kedua orangtuanya di alam barzah.
Benar-benar sedih.


Wisma Pakdhe.