February 28, 2013

Welcome Back to Jogja. Welcome Back to Thesis



Akhirnya saya tiba lagi di Jogja. Hal yang paling mem-BT-kan adalah ketika saya sudah capek di perjalanan dan ingin sekali berleha-leha di kamar tapi ternyata kamarnya kotor karena sudah ditinggal pergi sebulan penuh. Keinginan untuk bersantai-santai akhirnya bertransformasi menjadi kewajban untuk kerja keras membersihkan kamar. *ikat sabuk di kepala*.

Btw pengalaman pertama saya naik kereta dari Jakarta menuju Jogja lumayan seru. At least, it’s pretty worth to tell. Here it is the story.

Saya berangkat dari rumah jam enam sore. Kereta akan berangkat dari Stasiun Senen jam 20.30 dan diperkirakan tiba di Stasiun Lempuyangan jam 7 pagi. Oya, saya naik kereta Progo. 

Sedari awal, saya sudah cemas. Saya cemas karena transportasi di Jakarta sulit untuk diperkirakan. Bapak saya hanya mengantar saya sampai pasar Jum’at, tidak sampai stasiun karena memang saya sendiri yang meminta. Kasihan kalau Bapak mengantar sampai stasiun karena jaraknya sangat jauh. Apalagi saat itu Fahri ikut mengantar. Dari pasar Jumat, saya naik angkutan umum P20 jurusan pasar Senen. Saat naik angkot itu, waktu sudah menunjukkan pukul 18.30.

Pengalaman saya naik P20 sebulan yang lalu, perjalanan dari Senen ke Lebak Bulus (dekat pasar Jumat) butuh waktu sekitar satu jam. Tapi waktu itu jalanan sangat sepi karena baru jam 3 pagi sedangkan kali ini saya berangkat saat lalu lintas sedang ramai-ramainya karena bertepatan dengan jam pulang kantor. Tapi, masak sih dua jam tidak keburu? Pikir saya saat itu.

Asumsi itu ternyata berhasil membuat kaki dan tangan saya berkeringat karena macet dan gaya menyupir sang pengemudi benar-benar sulit diperkirakan. Rupanya sudah terlalu lama saya tidak naik angkot, terutama metromini, sampai-sampai saya lupa dengan gaya angkutan yang satu ini dalam beroperasi. Bis yang saya tumpangi terlalu sering berhenti untuk menaik-turunkan penumpang. Sampai jam 19.30, saya belum juga menemukan papan hijau DLLAJ yang bertuliskan “Pasar Senen”. Saya cemas. Mata saya semakin intens melihat jam tangan.

Untunglah, tidak lama setelah itu saya melihat papan penunjuk jalan bertuliskan “Monas” terpampang di pinggir jalan. Artinya, tidak lama lagi saya akan sampai. Akhirnya, jam 20.05 saya sampai di terminal Senen. Fyuuuh…

Tapi petualangan belum berhenti sampai di situ. Saya harus segera ke loket pembelian tiket di stasiun untuk menukarkan tiket yang saya beli di Indomaret. Di struk pembelian sebenarnya tertulis himbauan “Tiket Harus Ditukar Paling Lambat 1 Jam Sebelum Berangkat”. Well, saat sampai di stasiun, jam sudah menunjukkan pukul 20.10. Artinya, saya sudah telat setengah jam untuk menukarkan tiket. Tapi, peduli apa dengan keterlambatan setengan jam, toh saya hidup di Indonesia, negara paling elastis dalam hal keterlambatan. Tanpa ragu, saya ke loket untuk menukarkan struk saya. Alhamdulillah, saya masih bisa mendapatkan tiket saya. Yeeaaay…

Tiba di kereta, waktu sudah menunjukkan pukul 20.25. Tidak mungkin bagi saya untuk sholat Isya di masjid karena resikonya terlalu besar. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk sholat di kereta.

Perjalanan kereta api awalnya lancar-lancar saja, tapi mulai tersendat ketika kereta akan memasuki stasiun Cirebon. Tepat satu stasiun sebelum stasiun besar Cirebon (saya lupa nama stasiunnya, kalau tidak salah stasiun Cirebon Pxxxxx) kereta berhenti lama sekali. Sebelumnya, kereta juga sempat berhenti sekitar satu jam di stasiun X (saya lupa juga nama stasiunnya). Tapi di stasiun Cirebon Pxxxxx ini kereta berhenti sampai 4 jam, dari jam 3 sampai jam 7. Petugas stasiun bilang ada permasalahan sinyal di stasiun Cirebon. 

Sialnya, di stasiun tempat kami berhenti, tidak ada tukang asongan sama sekali. Di kereta pun tidak ada tukang asongan yang biasanya berlalu lalang, padahal saat itu adalah jam-jamnya lapar. Belakangan saya tau bahwa tukang asongan sudah tidak boleh lagi berjualan di kereta, kecuali ketika kereta sedang berhenti di stasiun. Hmm.. bagus sih, kereta jadi lebih tertib dan tidak sumpek.

Di tengah kelanjutan perjalanan, petugas kereta membagikan snack kepada para penumpang. Kata salah satu petugas, snack itu diberikan sebagai “permintaan maaf” atas keterlambatan tadi. Isi snacknya lumayan sih, ada aqua gelas, roti dan semacam pastel isi daging, tapi kalau boleh memilih, saya lebih memilih untuk sampai tepat waktu daripada telat enam jam. Kami baru tiba di stasiun Lempuyangan jam satu siang. Ckckckc…

Anyway, finally I arrived to Jogja. Welcome back.

#pojok kamar wisma Pakdhe

February 25, 2013

Langkah Berat Meninggalkan Rumah



Sudah hampir sebulan saya di rumah. Tujuan kepulangan saya ini adalah untuk mengambil data skripsi. Alhamdulillah semua proses berjalan lancar dan besok saya akan kembali lagi ke Jogja untuk menyelesaikan skripsi saya. 

Well, selalu berat rasanya meninggalkan rumah. Apalagi ketika umi sudah tiada, semakin berat rasanya. Saya semakin ingin berlama-lama menghabiskan waktu bersama keluarga dan saudara-saudara saya di sini. Akan tetapi, tugas saya di Jogja belum selesai. Saya harus menyelesaikan skripsi saya.

Satu hal yang paling mengganggu dan mencemaskan saya untuk meninggalkan rumah adalah kondisi keluarga saya. Saya prihatin melihat Bapak saya yang saat ini seolah menjadi single fighter. Kalau saya sedang tidak di rumah, beliau berjuang sendirian untuk mencari nafkah, mengurus keluarga, mencuci, memasak, menyetrika, dan mengurus keperluan rumah yang lain karena kedua adik saya masih kecil, masih belum bisa berbuat banyak.

Yah, sebenarnya adik pertama saya (Fahrul) sudah cukup dewasa untuk diberi tanggung jawab itu, tapi karena dia masih sekolah, jadi belum bisa maksimal membantu Bapak. Saya pun mengerti kondisi Fahrul karena dulu saya pun pernah berada di posisi dia. Saya akui bahwa kegiatan “berpikir” di sekolah memang cukup menguras tenaga. Jadi wajar saja kalau setelah pulang sekolah dia sering tidur.

Akan tetapi, berlama-lama di rumah pun tidak akan menyelesaikan masalah karena di sini saya sangat sulit mengerjakan skripsi karena selain referensi yang ada juga sangat terbatas, waktu saya untuk mengerjakan skripsi pun tidak maksimal karena banyak disibukkan oleh urusan lain. Oleh karena itu, mau tidak mau saya harus kembali ke Jogja untuk menyelesaikan skripsi saya. Barulah setelah itu kembali ke rumah dan membantu Bapak saya.

Oya, besok, untuk pertama kalinya saya berangkat dari Jakarta menuju Jogja naik kereta api. Biasanya kalau dari Jakarta, saya selalu naik bis karena kalau naik kereta api saya malas ke stasiun senen-nya. Jauh. Akan tetapi, demi langkah penghematan, kali ini saya beli tiket kereta api. Selain itu juga tiket kereta api ekonomi sudah bisa dibeli di Indomaret sehingga saya tidak perlu bolak-balik ke stasiun Senen untuk beli tiket.

Well, mari kita selesaikan urusan kita!

#pojok kamar Bunda

February 17, 2013

Postulat untuk Diingat #4: Carilah Wajah Allah



Wahai diri, ingatlah bahwa kewajibanmu yang paling pokok adalah mencari wajah Allah, bukan wajah manusia. Mati-matian engkau mencari wajah manusia agar kedudukanmu tinggi di sisi mereka tidak akan ada manfaatnya jika Allah menghinakanmu. Begitu pula sebaliknya, mati-matian mereka menghinakanmu tidak akan ada pengaruhnya jika Allah meninggikan derajatmu. Ingatlah bahwa hanya Allah pembolak-balik hati.

Kamu tidak perlu risau dengan penilaian manusia. Kamu tidak perlu risau walaupun orang-orang di sekitarmu merasa asing dengan “gayamu” dalam beribadah dan bermuamalah. Selama engkau melakukannya dengan ikhlas dan ittiba kepada Rasulullah, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jadilah pribadi yang kokoh. Allah selalu memperhatikan. 

#pojok kamar Bunda