Wahai diri yang masih suka
berkeluh kesah, kau perlu ingat baik-baik postulat yang akan disampaikan ini.
Postulat ini tidak akan dibahas di bangku-bangku kuliah, tapi lebih berharga
daripada kuliah profesor ahli statistik sekalipun.
Ingatlah bahwa segala hal di
dunia ini selalu memiliki dua sisi, baik dan buruk. Di satu sisi ada orang yang
berakhlak baik. Mereka menjadi “good cop” buat kamu. Kamu akan merasakan
kesenangan dan kenyamanan ketika bergaul dengan mereka. Di tengah mereka, kamu
merasa terlindungi, diperhatikan, disayang, dan dipenuhi hak-hakmu sebagai
seorang manusia.
Akan tetapi, di sisi lain ada
juga manusia yang berakhlak buruk. Mereka berperangai buas dan tidak
bersahabat. Suka memaki, memarahi, mengejek, menghina, merendahkan, berbohong,
memfitnah, dan menyepelekan. Janganlah kamu gentar, ciut, minder, dan berkeluh
kesah menghadapi jenis manusia yang seperti itu. Anggaplah mereka sebagai “bad
cop”. Anggaplah perilaku mereka itu sebagai ujian buatmu.
Anggaplah hinaan orang lain
terhadap dirimu sebagai ujian. Ujian yang akan menaikkan kelasmu ke tingkat
yang lebih tinggi. Dan perlu diingat bahwa lulus atau tidaknya kamu bukan
ditentukan oleh soal-soal dalam ujian, melainkan dari jawaban kamu atas ujian
itu. Ingatlah bahwa dihina itu sama sekali tidak bahaya, yang bahaya adalah
salah menyikapi (menjawab) hinaan, bersikap hina, dan menghina orang lain.
Jika kamu membalas hinaan
dengan hinaan pula, maka kedudukan dirimu tidak ada bedanya dengan si penghina.
Ingatlah bahwa ucapan merupakan cerminan hati manusia. Hati tak ubahnya teko.
Dan teko hanya mengeluarkan isi teko. Jika di dalam teko berisi kopi, maka yang
keluar dari mulut teko pasti kopi. Begitu pula hati, jika di dalam hati berisi
kebaikan, maka yang keluar sebagai ucapan juga pasti kebaikan.
Perlu kamu garis bawahi juga
bahwa Allah tidak akan terpengaruh dengan hinaan orang lain terhadap dirimu.
Berlusin-lusin orang menghinamu, jika Allah berkehendak mengangkat kedudukanmu,
maka hinaan lusinan orang itu tidak akan merendahkanmu barang se-inci. Begitu
pula sebaliknya, berduyun-duyun orang antri memujimu, jika Allah menghinakanmu,
maka pujian mereka tidak akan ada artinya.
“Katakanlah:
‘Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu.’”
(Terjemah Q.S Ali Imran (3): 26)
Sudahlah, kamu jangan merasa
sok suci dengan tidak ingin dihina. Belajarlah dari Rasul saw. Beliau adalah
sosok sempurna. Akhlaknya adalah akhlak al-Qur’an. Kata-katanya pun merupakan
wahyu Tuhan, tapi ternyata makhluk mulia seperti beliau pun tidak luput dari
hinaan orang.
Akan tetapi, lihatlah bagaimana
beliau menyikapi hinaan orang lain. Beliau tidak mengambil hati atas
hinaan-hinaan mereka. Beliau justru membalas hinaan dengan amal sholih kepada
si penghina. Hasilnya? Kamu bisa lihat sendiri bagaimana kedudukan beliau di
hati manusia.
Pokoknya, kamu jangan berharap
bahwa semua manusia di dunia ini berperilaku baik terhadapmu. Memangnya kamu
siapa? Ingatlah bahwa setiap kejadian tidak menyenangkan (menurut nafsumu sebagai
manusia) yang menimpamu adalah sarana bagimu untuk naik kelas. Dan ingat juga
bahwa tidak ada soal ujian yang berbahaya. Yang berbahaya adalah ketika kamu
salah dalam menjawab soal-soal itu karena dengan begitu kamu tidak akan naik
kelas. Ingat itu.
#pojok kamar, wisma Pakdhe