November 1, 2008

Egoku Kembali Beraksi

Adanaya gerak rotasi dan revolusi bumi adalah indikasi penting panjangnya planet bernomor urut tiga dari susunan tata surya kita ini. Tanpa adanya duet gerak tersebut, bumi dan tata surya akan berantakan dan kemungkinan besar kehidupan akan berakhir. Bumi dan planet lainnya tidak pernah diam, selalu bergerak dan bergerak mengisi ruang dan waktu. Hal seperti itulah yang kuinginkan dan kubutuhkan. Aku harus bergerak dan bekerja. Aku tidak mau diam saja melihat orang lain dengan gemilangnya menggapai-gapai. Aku ingin mengisi ruang dan waktu yang masih tersedia dengan berbagai kegiatan yang berguna. Terlalu banyak ruang yang kosong dalam tubuh ini, sungguh sangat mubazir jika tidak dimanfaatkan. Aku juga ingin menggapai-gapai seperti orang lain. Aku punya dua tangan dengan sepuluh jari. Kedua tangan dan jari-jari ini harus mampu mengepal, meremas, dan mencengkeram segala pengetahuan yang mengendap-endap di sekitarku. Aku punya kaki yang sehat. Kedua kaki ini harus mampu berjalan membawa tubuhku ke tempat-tempat terbaik. Kedua kaki ini tidak boleh lelah hanya karena panjangnya perjalanan. Tidak boleh mengeluh karena jaunhnya jarak. Kedua kaki ini harus mampu berdiri tegak untuk mencari dan mencari pengetahuan serta pengalaman.

Aku mau tangan ini berjabatan dengan B.J Habibie dan merebut ucapan selamat darinya. Aku mau tubuh ini memeluk Andrea Hirata dan menangisi perjuangannya agar tubuh ini sadar bahwa keterbatasan bukanlah halangan. Aku ingin mulut ini berbicara dengan Andi F Noya, menceritakan kondisi diriku saat ini. Aku tidak mau statis. Aku tidak peduli keringatku terkucur habis dalam segala pencarianku. Aku tidak peduli mataku sembap karena tangisan untuk memperoleh apa yang aku inginkan. Tiap detik yang berlalu haruslah berarti. Tiap langkah yang dilalui harus bermanfaat. Tiap suara yang didengar harus mampu kucerna dengan baik. Semua indra yang ada padaku berfungsi dengan baik. Tidak ada alasan bagiku untuk mengeluh, menyesali hidup ini. Tidak ada alasan untuk tidak berguna.

Ah ya, aku harus berguna bagi orang lain. Kehidupanku harus bermanfaat bagi orang lain terutama bagi mereka yang ada di sekitarku. Aku mau kehadiranku mendatangkan inspirasi untuk orang lain. Hidup membawa berkah dunia dan akhirat. Aku mau kehadiranku dinantikan, bukan justru dihindari. Celaka bagiku jika kedatanganku dibenci, sedangkan ketidakhadiranku justru disyukuri. Bukan, bukan itu yang kuharapkan. Aku ingin seperti tulip yang memberikan kenyamanan bagi mereka yang menciumnya. Aku ingin menjadi teleskop agar orang-orang dapat meneropong berbagai pengetahuan. Aku ingin menjadi oase, memberi kesejukan bagi orang-orang gurun. Aku tidak mau menjadi seorang yang oportunis, hanya mengambil manisnya sari-sari kehidupan tanpa memberikan sumbangan berarti bagi dunia. Aku harus bisa menciptakan simbiosis mutualisme agar tidak ada pihak yang iti atau merasa dirugikan.

Hidupku di dunia hanya sekali, setelah aku meninggal nanti tinggallah semua keduniawian. Aku akan digantikan oleh individu-individu baru yang lahir setiap hari. Dalam satuan hari juga, banyak individu-individu yang mati, tapi apakah hidup mereka telah berarti setidaknya untuk dirinya sendiri? Tidak, aku tidak ingin hidupku sia-sia. Hidupku harus berarti setidaknya untuk diriku sendiri dan orang-orang di sekelilingku. Hembusan nafas terakhirku harus menjadi karbondioksida yang menyegarkan pohon-pohon yang sudah semakin kepayahan menghadapi global warming. Kemudian pohon itu akan mengibaskan oksigen untuk kesehatan paru-paru dunia. Ya, semua itulah yang harus ku kejar.

October 14, 2008

Gengsi

Sudah sejak lama gengsi menjadi suatu stimulus yang kadang membawa energi positif dan kadang pula negatif, walaupun pada kenyataannya energi negatif lebih sering muncul bersamaan gengsi ini. Seseorang bisa menjadi sangat termotivasi hanya karena masalah gengsi. Melakukan sesuatu yang di luar dugaan dan bahkan belum pernah dicoba sebelumnya hanya karena gengsi. Gengsi adalah pelecut semangat paling mutakhir yang dimilki setiap individu. Siapa yang tidak memiliki gengsi? Tiap2 individu memilikinya, tapi kadar kepekatannya tentu saja berbeda. Sebelum membahas lebih lanjut tentang gengsi, mari kita definisikan dahulu kata gengsi ini.

Dalam kamus B.Indonesia yang aku punya, kata gengsi tidak ditemukan di dalamnya. Lalu kenapa kata ‘gengsi’ bisa muncul dalam kehidupan kita? Ah, dunia memang sudah semakin dinistakan dengan ego. Baiklah, tidak ada salahnya kalau kita mendefinisikan sendiri kata gengsi tersebut, toh tiap orang boleh berpendapat. Gengsi adalah suatu perasaan dimana individu merasa dapat melakukan sesuatu yang lebih baik daripada individu lain. Pendek kata, seseorang yang terjangkit virus gengsi akut, merasa dirinya lebih unggul daripada individu lain. Sebenarnya, perasaan semacam ini sudah dimiliki tiap2 individu, tapi masih dalam bentuk bibit. Jadi, tiap orang punya potensi untuk berlaku gengsi, walaupun dengan porsi yang berbeda. Ada orang yang gengsi tidak mau naik kendaraan umum. Ada yang gengsi karena masalah nilai kuliah yang diperolehnya. Ada pula yang gengsi karena jabatan dalam suatu lembaga/organisasi.
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, gengsi kadang membawa energi positif dan kadang pula negatif. Seseorang yang mengeluarkan potensi gengsinya karena masalah nilai yang lebih rendah daripada orang lain bisa dikatakan gengsi tersebut membawa energi positif, karena dia akan berusaha untuk memperbaiki nilai dan mengejar ketertinggalannya tersebut. Tapi masalahnya, apakah dia berusaha mengejar ketertinggalannya itu dengan belajar sungguh2? Atau justru dengan mencontek sungguh2? Gengsi memang bisa membawa energi positif, tapi dampaknya lebih cenderung ke negatif. Sebuah pertarungan yang dilandasi dengan atribut gengsi tidak akan menghasilkan apa2 selain kehampaan. Apa yang didapat setelah memenangkan pertarungan? Tidak lain hanyalah gengsi itu sendiri. Lalu, mau diapakan gengsi itu? Ditukar dengan beras? Dibuatkan sebuah monumen? Orang yang bertarung dengan embel2 gengsi cenderung menghalalkan segala cara untuk memenangkan pertarungan tersebut (apalagi jika ia melihat seterunya itu sudah selangkah lebih maju daripada dirinya). Hal itu adalah sebuah kewajaran karena orang2 yang mengagungkan gengsi lebih mudah panik dan kepanikan itu akan menurunkan rasio dan akal sehat seseorang sampai ke lelvel minus sehingga ia akan melakukan apapun untuk mengejar ketertinggalannya.

Sepositif2nya enegi yang dibawa oleh gengsi, pasti akan ada efek negatifnya juga. Tidak baik kita bertarung atas nama gengsi. Bertarunglah secara natural, maksudnya adalah bertarung dengan tidak bermaksud mempermalukan. Dengan pertarungan natural, kita akan tahu sejauh mana kemampuan yang kita miliki, lalu bersama2 mengembangkan kemampuan itu untuk memajukan bukan hanya diri kita, tapi juga orang2 di sekitar kita.

October 11, 2008

Polusi Suara

Semalem adalah pengalaman tidur gw yang paling nista dalam hidup gw. Pulang malem2, ujan2, dari2 kostan2 Galih2 paling enak kan langsung tidur tuh, karena disamping bisa mengkonversi dingin jadi anget, ngebungkel (bahasa orang Kidul yang artinya tidur) juga dah jadi menu favorit gw selama jadi anak kost. Gw mulai mencubit2 mata gw biar gw bisa cepet tidur (gw boong tau). Sekitar jam 11an gw baru bisa tidur. Disaat lagi mimpi indah2nya (kalo gak bener, di mimpi ntu gw lagi direbutin sama Cameronudin & Angelina Jolinudin), hp gw bunyi.

"KRINING...KRINING...KRINING..." (ntu suara hp apa suara tukang cendol?)
Langsung aja gw pencet tombol 'no' yg artinya reject, karena gw pikir ntu suara alarm. Gak lama kemudian Sabto sms gw yang bunyinya
'NGOCOL BANGET LW, DIREJECT'
Upppzzz...ternyata salah satu fans gw nelpon gw malem2. Berhubung nyawa gw yang setengah masih ada di alam mimpi, gw samperin aja lagi tuh sisa nyawa (tidur lagi maksudnya). Pas gw lagi asik2nya tidur, ada suara aneh lagi yang ngehack tidur gw.

"Sayang, terima kasih ya udah mau jadi matahariku, pangeran ku & bla.. bla... bla..."
Sesaat gw panik, siapa nih malem2 pacaran. Apa kuntilanak udah mulai romantis sampe ngeluarin kata2 kaya gitu? Kalo emang kaya gitu, trus siapa yang diromantisin? Kuntil emak atau Kuntil bapak? Gw beraniin ngedeketin sumber suara. Awalnya gw pikir suaranya anak ibu kost, tapi pas gw lebih mendekat lagi ke sumber suara, ternyata suaranya berasal dari Hp nya Aziz yang ketinggalan di kostan gw. Gendeng banget kan? Yaudah, gw beresin tuh suaranya trus gw balik lagi ke Cameronudin yang ternyata memenangkan pertarungan melawan Angelina Jolinudin.

Gak berapa lama, ada suara kayak tabuhan gendang orang pedaleman manggil roh halus.
"DUNG...PLAK..PLAK...DUNG DUNG DUNG..." (gak enak banget ngedeskripsiin suaranya). Ya pokoknya gitu dah. Siapa nih malem2 ngadain ritual ngelitikin bango sampe libido? Siake banget da ah, ternyata pas gw cek, ntu suara berasal dari Hp nya Aziz yang satu lagi, yg ada di dalem tas (dan gw pun berdoa semoga Aziz gak punya 10 Hp, karena kalo dia punya hp sampe segitu banyaknya, bisa2 maag gw kambuh - iya2 gw tau kok gak nyambung). Tanpa gw matiin, ntu hp dah sadar buat mati sendiri atau istilah kerennya harakiri (sejenis tape di kuncir). Setelah beberapa saat, giliran sosok makhluk yang gak keliatan mempolusikan kuping gw yang lagi tidur dengan damainya.

"TEKETEK KETEK KETEK...TEKKE....TEKETEK KETEK KETEK...TEKKE...."
Yassalam, sampe Toke ngikut2 berkonspirasi membajak jalannya proses khidmat memejamkan mata gw? (gw pikir ntu suara ringtone hp nya Aziz lagi. Kalo ntu suara hp, gw harap tangan gw kerasukan roh yg semacem di kartun Nube ntu, trus gw banting dah tuh hp).

Niey yang salah sebenernya sapa si? Gw, kamar kost atau spiderman (Loh?) Apa gw salah karena kost gw belom gw selametin (dibacain Yasin gitu)? Perasaan kalo kita mau nempatin kamar kost, ritualnya gak gitu2 banget dah. Apa kamar gw, kamar yang beda? Mungkin kamar gw pernah ditempatin sama seorang aktivis yang gugur saat membela kepentingan rakyat dan mahasiswa. Wedeh...keren banget kan? Tapi sayangnya ntu cuma improvisasi cerita gw aja. Yang pasti, kamar kost gw sekarang lagi ditempatin sama seorang mahasiswa nista yang menjebak dirinya sendiri di Fakultas Psikologi UGM (ya ntu gw).

September 28, 2008

Mudik Kungiler

Okay, ini postingan pertama gw, apa yang harus gw ceritain? Hmm…..Aha….!!!! Apa ya? (gubrakxk). Gw bakal ceritain pengalaman mudik pertama gw & sekaligus pengalaman pertama gw naek kereta (iya2, gw norak). Hari Jumat kemaren gw mudik ke Tangerang (sekarang gw lagi kuliah di Jogja) barengan temen gw she Iwan yang mudik ke Jakarta. Gw janjian ma Iwan ketemu di depan Stasiun Tugu jem 4 sore. Karena gw tau orang Indonesia jarang yg on-time, gw lambat2in dikit dateng ke stasiun. Gw baru sampe di stasiun jem 16.20, tapi ternyata Iwan belom dateng (kayaknya dia juga megang asumsi yg sama – orang Indonesia jarang on-time). Gw coba nelepon Iwan, katanya dia lagi di jalan. Gw tunggu….
15 menit kemudian…..
Gw : ‘Ah, bentar lagi juga dia dateng’ (gw nenangin diri, coba positif thinkinng)
30 menit kemudian ….
Gw : ‘Palingan lagi macet, biasa kan jam2 sore kaya gini, jalanan lagi rame ma orang2 ya lagi ngabuburit’ (gw udah mulai ngelus dada)
45 menit kemudian….
Gw coba nelepon dia, tapi kok suara cewek yg ngangkat
Suara cewek di seberang : ‘maaf, pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini’
DAMN!!!! Pulsa abis…!!!!
Gw mulai mikir yang nggak2. Jangan2 gw ditinggal. Jangan2 Iwan lupa jalan. Jangan2 keretanya tenggelem (waelah). Disaat seperti ini gw butuh menjadi Ranger Merah, tapi gw lagi gak bawa sabuk ‘berubahnya’, so yg gw bisa lakukan saat ini hanya nunggu.
60 menit kemudian…..
Hape gw bunyi, ada no gak dikenal nelepon gw
Gw : (sok alim) ‘Assalammualaikum’
Suara di sana : ‘Waalaikumsalam, eh Jar lw sekarang lagi dimana? Gw dah di dalem stasiun nih, lw langsung masuk aja ke dalem. Okeh..?
Gw : ‘Owh, lw dah di dalem, yaudah tunggu’ (gw usahain suara gw semanis mungkin)
AAARRRGGGHHHH!!! Ulet sutra, semut rang2, kupu2 (bulan puasa cuy, gak boleh ngomong yg jelek2). Satu jam gw cengok nunggu di depan Cuma buat dapet telepon kaya gitu doang? Dengan ngambil posisi start lompat galah, gw nyusul Iwan ke dalem Stasiun.
……..
Kereta baru berangkat jem 18.30. Gw ma Iwan gak duduk besebelahan. Di samping gw ada mas2 gitu. Dengan sok alus, gw berbasa-basi ke dia
Gw : (nyengir2 kayak kuda) ‘Permisi Mas, mau ke Jakarta juga?’ (pertanyaan IQ sit-up)
Mas2 : ‘Iya, namanya siapa (sambil ngulurin tangan)’
Gw : (dengan bangga gw nyebutin nama gw) ‘Fajar’
Mas2 : ‘Oh, namanya Fajar juga’
Jedag!!! (gw kaya ditoyor ma Jackie Chan) Ternyata nama gw emang pasaran.
……..
Gw baru sampe di Jakarta kira2 jem 5an. Ternyata naek kereta ntu gak seenak yang gw bayangin. Di dalem kereta gw gak bisa tidur, badan gw kayak hp yang lagi dapet sms, getar terus dan yang paling menistakan lagi, gw gak sahur. Ceritanya gini, ada mas2 yang nawarin menu2 sahur
Mas2 : “Mau pesen apa mas?
Gw ngeliat menu2nya. Kayaknya sih enak2, tapi duit gw lagi gak enak coz di brankas bokong gw tinggal nyisa 16rb, ntu buat ongkos gw pulang dari stasiun sampe rumah, tapi kalo diitung2, kira2 masih cukuplah kalo gw pesen mie. Akhirnya gw putusin buat pesen mie, daripada gw gak saur sama sekali.
Mas2 : “Nanti pesenannya dianter jam 3 ya mas”
Gw : “Owh iya, makasih”
Jam 2 lewat 30 menit.
Temen sebelah gw dah dapet pesenannya.
Dia : “Lw gak saur?”
Gw : “Ntar, katanya dianter jem 3”
Jam 2 lewat 45 menit.
Gw mulai ngiler ngeliat makanan yang hilir mudik lewat tempat gw. Makhluk2 di dalem perut gw dah demo menuntut the damned hak nya. Ah, bentar lagi juga dianter, gw membesarkan hati.
Jam 2 lewat 60 menit.
Ah, baru jam 2 lewat 60 menit, imsak juga masih lama. Gw masih aja melakukan gerakan wushu (gw juga gak ngerti apa maksudnya).
Jam 2 lewat 75 menit.
Gw mulai keringetan. Badan gw mulai pucet dan posisi duduk gw mulai gak teratur (maaf gw lagi nahan kentut).
Setelah mengeluarkan gas nista yang mengganggu kedamaian, gw perlahan2 memejamkan mata (gak gw sangka ngentut aja bikin gw colaps).
Jam 4 subuh.
Ternyata mas2 tadi kasian ngeliat gw yang punya duit pas2an, makanya gw gak dibawain makanan saur (puasa2 harus positive thinking lah).
…….
Sampe di rumah, langsung aja gw curhat ma kasur. Zzzz……